bahkan lebih aneh lagi aku bercita-cita menjadi panglima GAM (Gerakan Aceh Merdeka) karena saat itu aku banyak mengenal orang GAM dari kalangan panglima besar yang pernah menginap di rumah aku.
aku ingin sekali menjadi seorang tentara yang mana bisa membela negara, tetapi negara mana yang harus aku bela. Aceh atau NKRI?
disaat bingung melanda akhirnya aku mutuskan jadi pembela tanah Aceh dengan ingin menjadi panglima GAM.
tetapi sekarang ini sudah damai berkat musibah Tsunami dan kesepakatan antara GAM dan NKRI yang menjadi kan Aceh damai sentosa. akan tetapi niat aku untuk membela Aceh tidak pudar. karena aku paham kalau membela Aceh bukan dengan berperang,akan tetapi dengan ilmu pengetahuan dan selalu membawa nama baik Aceh dengan norma-norma islami dimana pun aku berada.
dulunya aku belum tahu bagaimana bisa saling berbagi dengan suku-suku yang lain, tapi sekarang aku seneng banget bisa saling berbagi dengan teman-teman yang datang dari suku-suku berbeda di seluruh indonesia.
mungkin satu kekurangan dari saya yaitu masalah bahasa Indonesia yang logatnya agak beda/aneh, tapi aku berusaha untuk menjadi yang terbaik. karena perang aku membenci bahasa Indonesia.
semoga damai selalu di hati kita demi NKRI.
SEMOGA BERSATU SAMPAI ANAK CUCU